Anggapan-anggapan seperti itu mulai bergeser saat Aristoteles (384 - 322 SM) mengemukakan pandangannya tentang mimpi. Menurut Aristoteles, mimpi merupakan aktivitas mental ketika seseorang tidur. Saat tidur, indra tetap bisa menangkap rangsangan dari luar. Rangsangan itulah yang kemudian diperbesar atau direspon melalui mimpi. Contohnya, seseorang yang sedang kedinginan bisa saja bermimpi sedang berada di lautan salju.
Sepeninggal Aristoteles, penafsiran atau interpretasi tentang mimpi semakin berkembang. Yang cukup populer adalah pandangan dari Macrobius dan Artemidorus dimana keduanya membagi mimpi menjadi dua sebagai berikut:
- Mimpi yang berkaitan dengan masa lalu dan masa sekarang. Di sini, mimpi dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian yang kita alami sebelum tidur. Misalnya, saat tidur dalam menahan rasa ingin buang air kecil, seseorang bisa bermimpi berada di tengah banjir dan akhirnya ngompol. Contoh lainnya adalah pada saat memikirkan hal-hal yang menakutkan, seseorang mengalami mimpi buruk.
- Mimpi yang berkaitan dengan masa depan. Dalam hal ini, mimpi dimaknai membawa pesan tentang peristiwa yang akan terjadi. Mimpi di sini dibagi lagi menjadi tiga bagian:
- Oraculum, yakni mimpi kenabiaan atau mimpi yang membawa pesan dari Tuhan.
- Visio, yakni mimpi yang meramalkan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang
- Somnium, yakni mimpi simbolis yang sebaiknya diinterpretasikan atau ditafsirkan secara hati-hati. Misal mimpi bertemu dengan raksasa atau mengalami kejadian yang luar biasa / di luar nalar. Untuk info lebih lanjut mengenai tafsir mimpi dapat disimak di TafsirMimpi.Org.
Tokoh-tokoh populer lain yang berfokus pada penelitian mengenai mimpi adalah Sigmund Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) dan muridnya, Carl Gustav Jung.
Menurut Freud, mimpi merupakan penghubung antara kondisi bangun dan tidur, dimana mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Dia menginterpretasikan mimpi dengan metode subjektif spekulatif dan ajarannya dikenal sebagai psikoanalisis. Dalam interpretasinya, Freud lebih mengaitkan dengan tema-tema seksual dengan melambangkan simbol-simbol tersebut dengan objek dan aktivitas seksual.
Pada perkembangannya, interpretasi atau penafsiran mimpi seakan-akan berhubungan dengan kondisi, kebiasaan dan kebudayaan masyarakat.