Mimpi Basah

Mimpi basah (emisi nokturnal) adalah pengeluaran cairan semen (mani) di waktu tidur dan hanya dialami oleh laki-laki. Mimpi basah sering dialami oleh remaja laki-laki, yang sekaligus menjadi tanda bahwa ia telah memasuki masa pubertas. Hal ini bisa dipicu mimpi yang erotis maupun tidak, tergantung dari yang mengalami mimpi itu sendiri (khususnya bila ia seorang pria dewasa). Pengeluaran ini dapat terjadi tanpa disertai ereksi atau ejakulasi. Semakin bertambahnya umur maka mimpi basah ini semakin jarang dialami.

Mimpi basah tergantung dari respons fisik orang yang mengalami mimpi tadi. Peristiwa ini adalah mekanisme yang alami akibat vesikula seminalis (kantong sperma) telah penuh dengan sperma yang dihasilkan oleh testis.

Arti Mimpi

Mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indra lainnya dalam tidur, terutama saat tidur yang disertai gerakan mata yang cepat (rapid eye movement/REM sleep).
Kejadian dalam mimpi biasanya mustahil terjadi dalam dunia nyata, dan di luar kuasa pemimpi. Pengecualiannya adalah dalam mimpi yang disebut lucid dreaming. Dalam mimpi demikian, pemimpi menyadari bahwa dia sedang bermimpi saat mimpi tersebut masih berlangsung, dan terkadang mampu mengubah lingkungan dalam mimpinya serta mengendalikan beberapa aspek dalam mimpi tersebut.
Pemimpi juga dapat merasakan emosi ketika bermimpi, misalnya emosi takut dalam mimpi buruk. Ilmu yang mempelajari mimpi disebut oneirologi.

Mimpi Menurut Islam

Dalam Islam, banyak ayat Al Qur'an dan riwayat Nabi yang menceritakan masalah mimpi. Contohnya, Surat Ash-Shaaffaat (37) ayat 102 yang mengisahkan mimpi Ibrahim ketika diharuskan menyebelih Ismail, putranya sendiri. Ada pula Surat Al Fath (48) ayat 27 mengenai mimpi Rasulullah SAW sebelum Perjanjian Hudaibiyah. Dan tentang mimpi-mimpi Nabi Yusuf pada Surat Yusuf (12) ayat 43. Mimpi-mimpi yang dikisahkan dalam Al Qur'an umumnya terjadi dan mengisyaratkan kenabian.

Tidak hanya para nabi, ternyata para sahabat pun pernah mengalami mimpi yang pada akhirnya terbukti. Namun, tidak seperti mimpi para nabi yang sangat terang dan tidak harus diinterpretasikan karena merupakan wahyu dari Allah, mimpi para sahabat ada yang perlu diinterpretasikan atau ditafsirkan terlebih dahulu. Misalnya, mimpi Abu Bakar yang menaiki tangga bersama Rasulullah, tetapi mereka berselisih dua anak tangga. Dalam interpretasinya, Abu Bakar menyatakan bahwa kematiannya akan datang dua tahun setelah Rasulullah, dan itu benar-benar terjadi. Sebaliknya, contoh mimpi yang tidak perlu diinterpretasikan antara lain mimpi Bilal yang melafazkan bacaan-bacaan azan. Setelah melapor kepada Rasulullah SAW, Rasul mengatakan bahwa mimpinya benar.

Mengenai arti mimpi secara umum, Rasulullah SAW bersabda (HR Bukhari dan Muslim),

"Mimpi itu ada tiga. Mimpi yang baik merupakan kabar gembira dari Allah. Mimpi yang menyedihkan berasal dari setan, dan mimpi yang datang dari obsesi seseorang. Jika salah seorang di antara kalian mimpi yang menyedihkan, hendaklah dia bangun lalu shalat dan tidak menceritakannya kepada orang lain".

Selain itu, Rasulullah SAW juga bersabda (HR Bukhari dan Muslim),

"Mimpi yang baik adalah dari Allah, sedangkan mimpi yang menakutkan berasal dari setan. Barangsiapa bermimpi yang tidak menyenangkan, hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya tiga kali dan berlindung diri kepada Allah dari setan, sehingga mimpi tersebut tidak membahayakannya."

Selanjutnya, pada tahun-tahun jauh setelah Rasulullah, muncul ilmuwan Abu Bakar Bin Ali Muhyiddin Alhatimim Attha'i atau yang populer dengan sebutan Ibn Arabi (17 Agustus 1165 - November 1240) di Spanyol yang membahas masalah interpretasi mimpi. Pendekatan yang digunakan Arabi untuk menganalisis mimpi adalah ilham intuitif karena dia seorang sufi.

Secara umum, menurut Arabi, mimpi adalah bagian dari imajinasi atau tempat penampakan wujud-wujud spiritual, para malaikat dan roh, tempat mereka memperoleh bentuk dan figur-figur "rupa penampakan" mereka, dan karena di sana konsep-konsep murni dan data indra bertemu dan memekar menjadi figur-figur personal. Dan interpretasi mimpi menurutnya bahwa segala sesuatu datang dalam alam imajinasi karena ditafsirkan. Ini berarti sesuatu itu sendiri memiliki bentuk tertentu yang muncul dalam bentuk lain sehingga sang penafsir mendapatkan sesuatu dari bentuk yang dilihat oleh si pemimpi kepada sesuatu itu sendiri.

Interpretasi Mimpi

Pada zaman kuno, mimpi selalu dikaitkan dengan dunia supranatural. Artinya, dewa-dewa dan setanlah yang muncul dalam mimpi. Mimpi yang indah dan membahagiakan diartikan sebagai kehadiran dewa atau Tuhan, sedangkan mimpi buruk yang menakutkan dianggap merupakan kehadiran setan saat manusia tidur.
Anggapan-anggapan seperti itu mulai bergeser saat Aristoteles (384 - 322 SM) mengemukakan pandangannya tentang mimpi. Menurut Aristoteles, mimpi merupakan aktivitas mental ketika seseorang tidur. Saat tidur, indra tetap bisa menangkap rangsangan dari luar. Rangsangan itulah yang kemudian diperbesar atau direspon melalui mimpi. Contohnya, seseorang yang sedang kedinginan bisa saja bermimpi sedang berada di lautan salju.
Sepeninggal Aristoteles, penafsiran atau interpretasi tentang mimpi semakin berkembang. Yang cukup populer adalah pandangan dari Macrobius dan Artemidorus dimana keduanya membagi mimpi menjadi dua sebagai berikut:

  1. Mimpi yang berkaitan dengan masa lalu dan masa sekarang. Di sini, mimpi dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa atau kejadian yang kita alami sebelum tidur. Misalnya, saat tidur dalam menahan rasa ingin buang air kecil, seseorang bisa bermimpi berada di tengah banjir dan akhirnya ngompol. Contoh lainnya adalah pada saat memikirkan hal-hal yang menakutkan, seseorang mengalami mimpi buruk.
  2. Mimpi yang berkaitan dengan masa depan. Dalam hal ini, mimpi dimaknai membawa pesan tentang peristiwa yang akan terjadi. Mimpi di sini dibagi lagi menjadi tiga bagian:
  • Oraculum, yakni mimpi kenabiaan atau mimpi yang membawa pesan dari Tuhan.
  • Visio, yakni mimpi yang meramalkan peristiwa yang akan terjadi pada masa mendatang
  • Somnium, yakni mimpi simbolis yang sebaiknya diinterpretasikan atau ditafsirkan secara hati-hati. Misal mimpi bertemu dengan raksasa atau mengalami kejadian yang luar biasa / di luar nalar. Untuk info lebih lanjut mengenai tafsir mimpi dapat disimak di TafsirMimpi.Org.
Tokoh-tokoh populer lain yang berfokus pada penelitian mengenai mimpi adalah Sigmund Freud (6 Mei 1856 - 23 September 1939) dan muridnya, Carl Gustav Jung.
Menurut Freud, mimpi merupakan penghubung antara kondisi bangun dan tidur, dimana mimpi adalah ekspresi yang terdistorsi atau yang sebenarnya dari keinginan-keinginan yang terlarang diungkapkan dalam keadaan terjaga. Dia menginterpretasikan mimpi dengan metode subjektif spekulatif dan ajarannya dikenal sebagai psikoanalisis. Dalam interpretasinya, Freud lebih mengaitkan dengan tema-tema seksual dengan melambangkan simbol-simbol tersebut dengan objek dan aktivitas seksual.
Pada perkembangannya, interpretasi atau penafsiran mimpi seakan-akan berhubungan dengan kondisi, kebiasaan dan kebudayaan masyarakat.